Oleh : Ruslan H. Husen
Merupakan suatu tuntunan yang mulia dalam Islam untuk bersatu dalam menjalankan syariat Islam termasuk menghadapi berbagai macam persoalan umat yang kian hari-kian menjadi-jadi. Berpecah dan berselisih merupakan suatu yang tercela dan merugikan keberadaan kita. Tuntunan itu sudah sedemikian mulianya yang diharapkan akan selalu hidup dalam dada setiap Muslim.
Namun ketika melihat realitas umat sekarang sungguh sangat berbeda dengan apa yang seharusnya yaitu apa yang ada dalam konsep yang diyakini (persatuan diatas kalimat Tauhid), berbeda dengan realitas yaitu terjadi perpecahan dan permusuhan di antara kelompok-kelompok Islam itu sendiri. Yang mana masing-masing kelompok mengklaim diri paling benar, paling Islami dan menggap kelompok lain sesat dan tidak Islami. Masing-masing kelompok hanya disibukkan dengan upaya untuk mengembangkan dan membesarkan kelompoknya dan kadang juga menjatuhkan kelompok-kelompok yang lain.
Sehingga umat Islam secara universal kini tidak lagi memiliki kekuatan dan kewibawaan dihadapan dirinya apalagi dihadapan musuh-musuhnya, karena umat kini terkotak-kotakkan dalam suatu kelompok kecil yang tidak mau membangun komunikasi yang sehat dengan kelompok lainnya.
Realitas ini telah menambah perih hati dan perasaan orang yang peduli terhadap kondisi umat ini dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan Islam, dimana orang non-Islam justru bersatu padu menghancurkan Islam. Bahwa orang-orang diluar Islam bersatu diatas kebatilannya, dan satu sama lainnya tolong-menolong menghancurkan Islam dan umat Islam. Tetapi orang Islam sendiri bercerai berai sendiri diatas keyakinan yang mereka yakini, dan tidak bisa bersatu-padu menghadapi kekafiran dan persoalan-persoalan umat.
Dari waktu kewaktu perselisihan dan perpecahan ini telah memporak-porandakan keberadaan dakwah Islam dan sampai pada jalan buntu yang gelap. Penyakit perpecahan dan perselisihan, secara faktual telah mendorong aktivis Islam terjerumus pada watak picik, wawasan sempit serta kreatifitas umat di dalam belenggu kedangkalan pengetahuan akan agama dalam konsep Islam Kaffah. Pengetahuan yang diperoleh dianggap sudah mencukupi untuk mengenal Islam secara dalam.
Persoalan lain yang lebih problematis dan dilematis adalah peranan dari musuh-musuh Islam di arena dakwah, yang dapat dikelompokkan yaitu pertama, musuh yang tidak terang-terangan menampakkan permusuhannya, tetapi menolak berlakunya Syariat Islam dan mengajak kepada sekularisme dan pluralisme yang menyebabkan ajaran Islam mengalami reduksi makna. Mereka senantiasa menciptakan keragu-raguan tentang kemampuan Islam menyelesaikan problem kehidupan manusia. Kedua, musuh yang secara terus terang menyatakan permusuhannya, yaitu orang-orang kafir, Yahudi, Nasrani, orang-orang musyrik dan kaum Zindiq yang dalam kegiatannya selalu menjadi batu sandungan dalam perjuangan Islam, ini dapat di saksikan dengan sepak terjang tentara Amerika menghancurkan negara berdaulat Afganistan dan Irak serta Palestina.
Realitas tersebut telah terjadi di depan mata kita, konsep persatuan menjadi suatu tuntunan dan perpecahan menjadi sesuatu yang melemahkan kekuatan Islam. Namun persatuan hanya terjadi di dalam golongan atau kelompoknya saja, tetapi antar kelompok lain malah terjadi perpecahan, yang dipentingkan adalah bagaimana mengembangkan kelompoknya dan bukan untuk kepentingan Islam. Segala kegiatan hanya diperuntukkan demi mengembangkan dan mensolidkan kelompoknya dengan berbagai upaya dan usaha. Hal ini menyebabkan umat Islam tidak berdaya dan tidak memiliki wibawa di hadapan musuh-musuhnya. Di hadapan dunia Internasional, posisi kita sedemikian lemah, berkeping-keping kedalam berbagai kelompoknya masing-masing. Kebanggaan terhadap kelompok, ternyata membuat lestarinya perselisihan dan permusuhan, sehingga eksistensi kita tidak diperhitungkan dalam percaturan dunia internasional. Ironisnya lagi akibat yang diungkapkan dari akibat perpecahan dan permusuhan diantara sesama muslim adalah sebagaian saja disamping dampak-dampak yang merugikan lainnya.
Mereka yang obyektif melihat realitas tersebut hendaknya coba membangun suatu defenisi atau konsep baru tentang persatuan umat untuk mengatasi keterpurukan dan kemundurannya. Artinya bahwa umat Islam bisa bersatu dan menggalang kekuatan di tengah perbedaan mazham-mazhab ataupun mengambil berbagai persamaan yang kuat diantara mereka misalnya mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa, mereka beriman kepada Rasul saw, kitab mereka adalah Al-Quran, kiblat mereka adalah ka’bah, mereka menjalankan ibadah haji secara bersama-sama dan lain-lain. Dan tidak ada perbedaan diantara mereka melaikan hanya pada berbagai masalah yang kecil dan sepele saja.
Demi menciptakan persatuan Islam ini adalah, kaum Muslimin tidak harus meninggalkan, menghapuskan dan membuang sebagian atau cabang-cabang mazhab mereka. Dan tidak pula melarang adanya diskusi dan pembahasan terhadap perbedaan prinsip-prinsip dan cabang-cabang mazhab yang ada diantara mereka, dan tidak ada larangan untuk menulis buku berisikan pembahasan ilmiah . Maka sebisanya jangan saling mengumpat dan melecehkan, tidak saling mengeluarkan tuduhan palsu dan kebohongan. Alhasil tidak saling melukai perasaan dan tidak keluar dari batasan logika dan argumenatsi rasional.
Penyatuan persepsi dan sikap pada hal-hal tertentu akan melahirkan potensi kebangkitan Islam. Syarat fundamental bagi kebangkitan Islam adalah adanya individu-individu yang menyingkirkan egoisme. Masing-masing individu dan kelompoknya berjuang mencerahkan masyarakat, menyelesaikan dan memberikan konsep alternatif kepada masyarakat mengenai persoalan sosial yang dihadapinya yang hal itu juga tentu merupakan bagian dari Islam yang harus di garap sebagai upaya atau proses menuju Islam kaffah.
Kebangkitan Islam
Banyak orang yang ingin merasakan dan melihat pentingnya upaya menghidupkan kembali Islam dalam agenda atau strategi nyata. Memahami potensi kebangkitan Islam dengan di rinci dalam bentuk program, agenda, struktur dan juklak-nya yang jelas, karena gerakan menghidupkan Islam atau agenda apapun akan tetap kecil artinya bila tidak di wujudkan dalam perbuatan nyata. Sementara kehidupan manusia lebih luas dari sekedar apa yang di tuangkan dalam sketsa atau draf belaka .
Kebangkitan Islam merupakan bagian utuh dari dinamika kemanusiaan dan kemasyarakatan yang bertauhid. Dinamikan masyarakat selalu ditandai dengan adanya suatu pertarungan nilai. Nilai-nilai ini merupakan konsepsi-konsepsi kemanusiaan yang lahir sebagai upaya untuk mencapai suatu format dari cara hidup bersama yang lebih humanis. Gagasan kebangkitan Islam didorong oleh suatu aksi sosial dan desakan untuk menerapkan konsep baru dalam rangka menggeser hegemoni nilai yang sedang mapan (trasformasi sosial).
Sesungguhnya agenda paling besar adalah justru menyiapkan sumber daya manusia yang sanggup terjun langsung kedalam masyarakat untuk menyelesaikan persoalan sosial dengan merancang draf ataupun strategi, yang berarti bukan memberikan agenda yang sudah jadi ke tangan mereka. Ini-lah tugas yang diemban oleh generasi rausyan fikr (meminjam istilah Ali Syari’ati) yaitu generasi intelektual yang tercerahkan baik secara intelektual, emosional maupun spiritual yang menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menyambut kebangkitan Islam. Mereka-mereka inilah yang menjadi sosok radikal yang bergabung dalam gerakan terorganisir yang siap mengorbankan segala apa yang dimilikinya, termasuk jiwa sekalipun.
Diapit Kecerian Dunia Tondo
Kira-kira bulan Mei 2005
IDENTITAS PENULIS
Ruslan H. Husen, demikian nama lengkapnya yang diberikan oleh orang tuanya dengan susah payah yang katanya diambil dari nama seorang jenius di daerahnya. Tapi si-dia ini sangat jauh dari harapan, karena ketika akan memulai menulis yang terjadi adalah pusing duluan. Belum lagi kalau bicara tidak lepas dari logat bugis kentalnya, sehingga orang yang mendengarnya sering senyum-senyum. Dia terlahir ke bumi pada tanggal 4 Juni 1984 di suatu daerah yang bernama Tanru Tedong yang berarti tanduk kerbau, dan sekarang sering pulang kampung ketika jatah akan habis tepatnya di pantai timur. Kini ia sedang tersangkut disebuah Fakultas Hukum Untad angkatan 2002 yang sebelumnya bercita-cita menjadi seorang Polisi.
Selasa, Maret 10, 2009
REALITAS PERPECAHAN UMAT MENUJU KEBANGKITAN ISLAM
Label: Opiniku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar